Monday, December 04, 2017

Arti Menjadi Hamba Tuhan


"Apakah artinya menjadi seorang hamba Tuhan?"





Jika hamba mau dianggap sebagai sebuah profesi, maka menjadi seorang hamba adalah profesi yang paling rendah, dan paling hina... 

Seorang pelayan juga adalah profesi yang rendah.  Seorang pelayan tugasnya hanya melayani keinginan orang lain.  Dan celakanya jika dia adalah seorang pelayan restoran, maka "tuan" yang dia layani itu sangat banyak, yaitu semua pelanggannya plus boss restoran.  Apa saja yang menjadi kesukaan, kesenangan, keinginan dan selera tuan-tuannya ini harus dikerjakan dengan baik dan tepat sesuai kriteria para tuannya.  

Meskipun sama-sama di posisi yang rendah, namun seorang hamba memiliki konotasi yang lebih rendah dibandingkan dengan seorang pelayan.  Kata "hamba" memiliki arti seorang budak (bukan "kanak-kanak" seperti dalam bahasa Malaysia).  Budak bahkan tidak memiliki hak hidupnya sendiri.  Namun ketika kata "hamba" ini direkatkan dengan "Tuhan" maka "hamba Tuhan" menjadi paradoksial.  Dia rendah namun tinggi.  Dia hina namun mulia.  Apakah artinya menjadi seorang hamba Tuhan?

Apa yang hina?  Apa yang mulia?
Ketika ada kata "Tuhan" maka seorang hamba Tuhan menjadi profesi rohani (spiritual).  Ada yang mengatakan bahwa seorang hamba Tuhan artinya yang menjadi tuannya adalah Tuhan.  Itulah yang membuat seorang hamba Tuhan berbeda dari hamba/pelayan lain.  Ia tampak "lebih mulia" karena ada kata "Tuhan."

Tetapi pertanyaannya apakah seorang hamba Tuhan mengerjakan kesukaan, kesenangan, keinginan dan selera Tuhannya?

Di sini justru terletak "kemuliaan seorang hamba Tuhan," yaitu ketika ia mengerjakan kesukaan, kesenangan, keinginan dan selera Tuhan, bukan orang lain.  Yang membuat seorang hamba Tuhan mulia adalah sejauh mana ia melakukan kehendak Tuhannya.  Hamba Tuhan mulia semata-mata  karena ada kata "Tuhan" direkatkan kepada dia "hamba."  Sebab percuma saja ada kata "Tuhan" di sana jika seorang hamba Tuhan melayani bukan Tuhannya.  BUKAN "Tuhan" yang membuat seorang hamba Tuhan menjadi mulia, tetapi sejauh mana ia menaruh sepenuh hatinya untuk menyukakan hati Tuhannya, membuat hati Tuhannya senang, melakukan apa yang menjadi kerinduan hati Tuhannya.  Dengan kata lain, di luar itu semua maka seorang hamba Tuhan tidak mulia di mata Tuhan.  Mungkin lebih tepatnya disebut sebagai seorang hamba saja. 

Di sisi lain yang agak gelap, hamba Tuhan sering terjebak untuk mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri secara terselubung, secara kamulfase, dan secara rohanisasi.  Melalui pengajarannya, melalui khotbahnya, melalui relasinya, melalui kebijakannya, melalui pelayanan yang diberikan--itu semua seperti keju di dalam perangkap tikus.  Mungkin karena jauh di kedalaman hatinya, ia belum bisa menerima "kehinaan."   Orang yang tidak bersedia menjadi "hina" dalam melayani akan di-drive oleh motif mencari "kemuliaan" pribadi.  Hamba Tuhan ini seperti seekor tikus akan segera berlari untuk mendapatkan keju tersebut.  Dia bukan mencari kemuliaan Tuhan tetapi kemuliaan bagi pribadi sendiri.

Itulah sebabnya menjadi seorang hamba Tuhan harus merupakan sebuah panggilan ilahi.
Bagaimana profil Anda sebagai seorang hamba Tuhan?



Hamba Tuhan yang dimuliakan Tuhan lebih penting daripada hamba Tuhan yang disanjung dan dimuliakan manusia.



No comments: