Tuesday, December 19, 2017

AKU KOTOR DAN HINA, DIA AGUNG DAN MULIA


Aku tidak mengerti mengapa Allah mau datang ke dunia kita yang gelap ini.... 

Dunia kita ini begitu gelap!! Lihat saja persoalan Jerusalem, krisis nuklir Korut, bom Pakistan sampai begal di jalanan....semuanya menceritakan tentang keserakahan, nafsu dan ego manusia. Bukankah dunia yang kita diami ini begitu kotor dan gelap ??

Di sini lain, sebagai orang percaya--meskipun kita mengerjakan semua pelayanan dengan tulus hati, namun kita sendiri pun terkadang melayani untuk hal hal yang menyenangkan (misalnya saja untuk dikenal orang, atau sekedar eksis di mata orang).  Terkadang hanya mengalami sedikit ketidak-nyamanan, kita pun memilih untuk mengurungkan niat melayani.  Kurang nyaman saja bahkan bisa menyulut kemarahan kita.  Bukankah itu egois?  Bukankah itu nafsu?
Bagaimana pula dengan seseorang yang menolak melayani Tuhan karena alasan "itu bukan urusanku" atau "bukan tanggung jawabku?"

Saya bertanya dalam hati... apa jadinya jika Allah pun mengejar kepuasan hati-Nya saja?  Pasti DIA tidak akan bersedia mengorbankan Anak-Nya satu-satunya untuk hidup di tengah-tengah kita, manusia yang berdosa-- Allah pasti tidak akan mengizinkan Anak-Nya datang dan diam di dunia kita yang gelap dan kotor...bahkan mati menyerahkan nyawa-Nya demi kita.  Itu semua melampaui batas ketidaknyamanan.

Ya! Dunia ini kotor dan gelap karena ulah kita.  Hati kita kotor maka dunia menjadi kotor. 
Tetapi untuk kitalah, Allah mengutus Yesus Kristus lahir di kandang hewan yang kotor dan hina.....
Sesungguhnya yg hina dan kotor adalah hati kita. IA datang untuk merangkul kekotoran kita.

Maukah engkau membiarkan Kristus lahir dalam hati mu yang egois, penuh nafsu, serahkah, kotor, dan bejat?! Bintang Timur itu pasti akan bercahaya di atas kandang yg hina...

Natal terjadi ketika kita menyadari dan mengakui kebobrokan kita serta menyiapkan palungan hati kita untuk yang Mulia lahir.... 

Selamat Menyambut Kristus Lahir di Kedalaman Hati Kita.
Selamat Natal...



Monday, December 04, 2017

Arti Menjadi Hamba Tuhan


"Apakah artinya menjadi seorang hamba Tuhan?"





Jika hamba mau dianggap sebagai sebuah profesi, maka menjadi seorang hamba adalah profesi yang paling rendah, dan paling hina... 

Seorang pelayan juga adalah profesi yang rendah.  Seorang pelayan tugasnya hanya melayani keinginan orang lain.  Dan celakanya jika dia adalah seorang pelayan restoran, maka "tuan" yang dia layani itu sangat banyak, yaitu semua pelanggannya plus boss restoran.  Apa saja yang menjadi kesukaan, kesenangan, keinginan dan selera tuan-tuannya ini harus dikerjakan dengan baik dan tepat sesuai kriteria para tuannya.  

Meskipun sama-sama di posisi yang rendah, namun seorang hamba memiliki konotasi yang lebih rendah dibandingkan dengan seorang pelayan.  Kata "hamba" memiliki arti seorang budak (bukan "kanak-kanak" seperti dalam bahasa Malaysia).  Budak bahkan tidak memiliki hak hidupnya sendiri.  Namun ketika kata "hamba" ini direkatkan dengan "Tuhan" maka "hamba Tuhan" menjadi paradoksial.  Dia rendah namun tinggi.  Dia hina namun mulia.  Apakah artinya menjadi seorang hamba Tuhan?

Apa yang hina?  Apa yang mulia?
Ketika ada kata "Tuhan" maka seorang hamba Tuhan menjadi profesi rohani (spiritual).  Ada yang mengatakan bahwa seorang hamba Tuhan artinya yang menjadi tuannya adalah Tuhan.  Itulah yang membuat seorang hamba Tuhan berbeda dari hamba/pelayan lain.  Ia tampak "lebih mulia" karena ada kata "Tuhan."

Tetapi pertanyaannya apakah seorang hamba Tuhan mengerjakan kesukaan, kesenangan, keinginan dan selera Tuhannya?

Di sini justru terletak "kemuliaan seorang hamba Tuhan," yaitu ketika ia mengerjakan kesukaan, kesenangan, keinginan dan selera Tuhan, bukan orang lain.  Yang membuat seorang hamba Tuhan mulia adalah sejauh mana ia melakukan kehendak Tuhannya.  Hamba Tuhan mulia semata-mata  karena ada kata "Tuhan" direkatkan kepada dia "hamba."  Sebab percuma saja ada kata "Tuhan" di sana jika seorang hamba Tuhan melayani bukan Tuhannya.  BUKAN "Tuhan" yang membuat seorang hamba Tuhan menjadi mulia, tetapi sejauh mana ia menaruh sepenuh hatinya untuk menyukakan hati Tuhannya, membuat hati Tuhannya senang, melakukan apa yang menjadi kerinduan hati Tuhannya.  Dengan kata lain, di luar itu semua maka seorang hamba Tuhan tidak mulia di mata Tuhan.  Mungkin lebih tepatnya disebut sebagai seorang hamba saja. 

Di sisi lain yang agak gelap, hamba Tuhan sering terjebak untuk mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri secara terselubung, secara kamulfase, dan secara rohanisasi.  Melalui pengajarannya, melalui khotbahnya, melalui relasinya, melalui kebijakannya, melalui pelayanan yang diberikan--itu semua seperti keju di dalam perangkap tikus.  Mungkin karena jauh di kedalaman hatinya, ia belum bisa menerima "kehinaan."   Orang yang tidak bersedia menjadi "hina" dalam melayani akan di-drive oleh motif mencari "kemuliaan" pribadi.  Hamba Tuhan ini seperti seekor tikus akan segera berlari untuk mendapatkan keju tersebut.  Dia bukan mencari kemuliaan Tuhan tetapi kemuliaan bagi pribadi sendiri.

Itulah sebabnya menjadi seorang hamba Tuhan harus merupakan sebuah panggilan ilahi.
Bagaimana profil Anda sebagai seorang hamba Tuhan?



Hamba Tuhan yang dimuliakan Tuhan lebih penting daripada hamba Tuhan yang disanjung dan dimuliakan manusia.